Minggu, 10 Februari 2013

Pengembangan Ayam Pelung sebagai "Penyanyi"

      Kreatifitas tidak terbatas pada belajar di sekolah. Klian juga bisa belajar kreatif dari lingkungan. Seperti belajar tentang ayam pelung.

      Ayam pelung merupakan ayam lokal yang memiliki suara kokok merdu, selain ayam bekisar dan ayam kokok balenggek. Suara kokoknya sangat khas, mengalun panjang, besar, dan mendayu-dayu. Durasi kokok ayam pelung cukup panjang, dapat mencapai waktu 10 detik bahkan lebih. Itulah sebabnya ayam pelung dapat dikelompokkan dalam ayam berkokok panjang (long crow fowl).

      Ayam pelung merupakan ayam lokal yang pada mulanya berkembang di daerah Cianjur. Dengan semakin bertambahnya penggemar ayam pelung maka penyebarannya pun semakin meluas ke berbagai daerah sekitar Bandung, Bogor, Sukabumi, dan daerah lainnya. Hingga kini belum ditemukan laporan ilmiah yang menjelaskan bagaimana terjadinya penjinakan ayam pelung. Namun, paling tidak ada dua pendapat mengenai asal-usul ayam pelung.

      Pendapat pertama, berkembangnya cerita rakyat di kalangan peternakan daerah sentra. Ayam pelung diperkirakan mulai dipelihara sekitar tahun 1850-an oleh seorang kiai di Desa Bunikasih, Kecamatan Warung Kondang, Cianjur. Kiai tersebut bernama Kiai Haji Djarkasih.

      Kedua, berdasarkan penelusuran ilmiah, ayam pelung diduga merupakan turunan ayam hutan merah (Gallus gallus bankiva) yang terdapat di Pulau Jawa. Hal ini kemudian diperkuat riset molekuler yang dilaporkan Fumihito et al. (1994); Hilletl (2003) yang menyatakan, bahwa ayam domestik yang berkembang sekarang di seluruh dunia berasal dari turunan ayam hutan merah (Gallus gallus).

      Ayam pelung memiliki postur tubuh tinggi besar, memiliki leher panjang dan kaki yang kokoh. Suara kokok hanya terdapat pada ayam pelung jantan, karena kokok merupakan sifat kelamin sekunder pada ayam jantan dan sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron.

                                                                                 Sumber Buku Bahasa Indonesia Terpadu Kelas IX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar